The Undefined Eps. 007
181020
Dinaungi Oleh Aroma
Tersungkur karena tidak lagi mampu menyaksikan kenyataan yang dipandangnya. Berkali-kali ia membentak dirinya sendiri, berusaha mengingat semua yang mungkin sempat terlewatkan. Tangisnya menguras emosi, semuanya begitu melelahkan hingga menghilangkan kesadaran diri. Lalu beberapa saat kemudian ia pun jatuh pingsan.
Pandangan matanya dibatasi oleh kegelapan, suaranya seperti menggema tanda kehampaan. Inilah saat-saat ketika mata tidak lagi mampu menuntun kita untuk mengenali keadaan sekitar, ketika telinga hanya mampu mendengar suara sendiri, maka kepekaan yang lain menjadi lebih dominan.
Ia menyadari bahwa sekarang saatnya ia menutup mata, telinga dan berhenti bicara, berharap kepekaan penciumannya dapat menemukan isyarat lain.
“Apa ini? Tunggu, aku sangat mengenali aromanya.” Sontak ia berkata di dalam hatinya.
Ruhnya seperti dimasukkan dari tempat yang sangat jauh dari masa lalunya, memperjelas keadaannya bahwa selama ini ternyata ia pun mati. Sama seperti kakak yang berdiri di seberang jalan, mematung.
Lalu ia melanjutkan lagi,
“Sungguh, aroma ini membuatku mengingat semuanya. Teramat jelas untukku, ini aroma kakak. Tapi di mana kakak berada?”
Tubuhnya yang baru merasakan siuman masih terkulai lemas, kuyup dan menggigil tiba-tiba mendapati kehangatan secara perlahan. Saat ini ia mendapati dirinya sedang bersandar dengan seseorang, menaungi dirinya dengan pakaian berwarna gelap tetapi sangat hangat karena setidaknya mampu menghindari siraman hujan untuk sementara waktu.
“Adikku, kita cari tempat berteduh ya. Maaf, kakak hanya bisa menggunakan pakaian kakak untuk menaungimu.”
Mendengar suara itu detak jantungnya menjadi begitu cepat. Bahkan terlalu cepat untuk sekedar mengalirkan darah keseluruh jaringan pembuluh kapiler di dalam tubuhnya.
“Aku pasti bermimpi.” Ucapnya lirih.
YH.