The Undefined
blog of Lidya Oktariani and Yusuf Hakim
  • Home
  • /
  • novel
  • /
  • the undefined
  • /
  • true story

The Undefined Eps. 004

121020

Alunan Hati

 

Ia berlari tanpa lagi menghiraukan apa yang ada di hadapannya, menerjang kerumunan yang terus mengajaknya untuk tetap merasa cukup dengan kehinaan. Memilih untuk mati sebelum ajal, menjadi begitu tidak lagi mungkin untuk dikehendakinya.

Entah, sebenarnya apa yang membisikkan hatinya sehingga tak pernah berhenti untuk menyurati akal agar menjauh dan tidak lagi membisikkan keputusasaan. Tetapi ada satu hal yang sangat ia sadari, bahwa setiap kali bayangan kakak begitu nyata memeluknya, maka kehangatannya selalu dengan mudah mampu menghadirkan lembaran-lembaran akan ingatan yang sangat indah, begitu menenangkan.

Langkahnya begitu meyakinkan untuk menuntun ia pada tempat-tempat yang dulu selalu menjadi saksi setiap kali terlukiskan senyuman dan rona merah di pipinya.

Seketika ia berucap di dalam hatinya, “Tubuh dan hatiku tidak pernah menghendaki untuk melupakannya sedikitpun. Kakak, di manakah kamu selalu menungguku selama ini?”

Lalu, sampailah ia di sebuah persimpangan kecil yang tidak ada kendaraan ataupun orang yang berlalu-lalang di sekitarnya. Begitu sepi keadaannya, padahal dulu suasananya sangat hidup, tapi saat ini tak ubahnya seperti kota mati.

Matanya yang terus mencari-cari sisa kehidupan di tempat ini, lalu berhenti menatap pada bayangan seseorang yang berada di seberang jalan. Tanpa ia sadari hatinya seperti tersayat, tetapi bukan luka. Air matanya terus mengalir, tetapi bukan sedih.

Tatapannya yang semakin kabur karena derai air mata yang tak lagi tertahankan justru membuatnya semakin mengenali bayangan itu. Hatinya terus meronta, meneriakkan penyesalan.

“Apa yang sudah aku lakukan! Padahal dulu kakak yang meninggalkanku, tetapi kenapa kakak hanya berdiam dan begitu lama menungguku di sini?!”

Kakak yang berdiri di seberang jalan, terlihat seperti jasad yang tidak lagi mendapati ruhnya. Seperti sedang mendengar alunan hati yang hanya bisa terus didengarkan dan dibentangkan seluas-luasnya hingga menutupi realitas serta rentang pikirnya sendiri.

 

YH.

Posted on November 15, 2020 by Lidya Oktariani. This entry was posted in novel, the undefined, true story. Bookmark the permalink.
Hati-Hati, Bukan Berarti Takut.
The Undefined Eps. 005

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Archives

    • December 2020 (4)
    • November 2020 (11)
    • September 2020 (1)
    • November 2016 (2)
    • October 2016 (1)

    Recent Posts

    • The Undefined Eps. 010
    • The Undefined Eps. 009
    • Replika Kejujuran.
    • Bersimpuh Menghadap-Mu.
    • The Undefined Eps. 008
    • The Undefined Eps. 007
    • The Undefined Eps. 006
    • The Undefined Eps. 005
    • The Undefined Eps. 004
    • Hati-Hati, Bukan Berarti Takut.
    • The Undefined Eps. 003
    • One-way Ticket.
    • The Undefined Eps. 002
    • Titik Nol.
    • The Undefined Eps. 001
    • Pergilah, Datanglah Lain Kali.
    • Cerita #AksiBelaQur’an 411.
    • Aksi Bela Qur’an Besok, 4 November 2016.
    • Al-Maidah 51: Wajib Pilih Pemimpin Muslim?

    Follow Me via Email

    Join 14 other subscribers

Powered by