The Undefined
blog of Lidya Oktariani and Yusuf Hakim
  • Home
  • /
  • novel
  • /
  • the undefined
  • /
  • true story

The Undefined Eps. 010

261020

 

Berpacu Dalam Memori

 

Beberapa hari belakangan ini, perasaan adik seperti sedang disemati oleh wahana permainan kereta yang dipacu dengan kecepatan tinggi pada jalur rel khusus. Kadangkala merasa bahagia bisa berada di ketinggian. Lalu, turun perlahan bahkan dalam beberapa detik saja mampu membuat bendungan air mata yang melemaskan seluruh sel di dalam jantung. Hingga akhirnya tubuhnya mengilustrasikan perasaan kala itu dengan mengeluarkan keringat dingin. Terkadang pula ketika hatinya sedang tertawa merasa sangat mudah untuk menangis di waktu yang bersamaan. Karena sebahagia itu adik menjalani hari-harinya bersama kakak. Tidak ada bahasa yang benar-benar mampu menggambarkan buncahan kebahagiaan adik.

Adik kembali mengingat beberapa potongan memori 8 tahun lalu tentang kebersamaan kakak dan adik di sebuah perjalanan. Karena sungguh, kakak dan adik tidak membutuhkan banyak tempat-tempat yang biasa orang kunjungi untuk bisa merasakan keindahan satu sama lain. Semudah itu kakak dan adik merekam semua memori dan mengulangnya kembali 8 tahun kemudian.

Terik matahari di siang hari itu tidak menggoyahkan sedikit pun tubuh kakak dan adik untuk mengisyaratkan kelelahan. Tertutupi oleh canda dan tawa yang seakan menjadikan pembeda dari orang-orang sekitar yang sedang menunggu bus datang. Kakak dan adik tak lagi mempersilakan rasionalitasnya bermain penuh saat hatinya sedang sangat jujur. Jadi, apakah cukup dengan alasan itu memperkuat anggapan tentang bagaimana kakak dan adik mensyukuri hari demi harinya walaupun situasi logisnya mengatakan bahwa kakak dan adik sedang berada di tebing yang sangat licin saat ini.

Ya, mudah tergelincir dan terjatuh adalah alasan logis terbaik jika diambil dari sudut pandang manusia pada umumnya. Tapi, kakak dan adik sedari dulu selalu mengupayakan untuk berserah diri terlebih dahulu ke Allah tentang hal apapun. Bahkan sampai pada memori di mana kakak dan adik harus menerima kenyataan tentang sebuah perpisahan. Jika raga pernah merasakan berjauhan untuk kurun waktu yang cukup lama dalam parameter dunia, maka jalan yang terjal dan licin sekalipun bukan menjadi sebuah penghalang bagi kakak dan adik untuk tidak berjuang melewatinya dengan rasa syukur.

LO.

Posted on December 22, 2020 by Lidya Oktariani. This entry was posted in novel, the undefined, true story. Bookmark the permalink.
The Undefined Eps. 009

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Archives

    • December 2020 (4)
    • November 2020 (11)
    • September 2020 (1)
    • November 2016 (2)
    • October 2016 (1)

    Recent Posts

    • The Undefined Eps. 010
    • The Undefined Eps. 009
    • Replika Kejujuran.
    • Bersimpuh Menghadap-Mu.
    • The Undefined Eps. 008
    • The Undefined Eps. 007
    • The Undefined Eps. 006
    • The Undefined Eps. 005
    • The Undefined Eps. 004
    • Hati-Hati, Bukan Berarti Takut.
    • The Undefined Eps. 003
    • One-way Ticket.
    • The Undefined Eps. 002
    • Titik Nol.
    • The Undefined Eps. 001
    • Pergilah, Datanglah Lain Kali.
    • Cerita #AksiBelaQur’an 411.
    • Aksi Bela Qur’an Besok, 4 November 2016.
    • Al-Maidah 51: Wajib Pilih Pemimpin Muslim?

    Follow Me via Email

    Join 14 other subscribers

Powered by