The Undefined
blog of Lidya Oktariani and Yusuf Hakim
  • Home
  • /
  • novel
  • /
  • the undefined
  • /
  • true story

Replika Kejujuran.

071220.

Kasihku, tahukah kau pertama kali kumenjumpai hatimu, aku sudah merasa sangat cukup.

Tahukah kau bahwa di hari setelah pertemuan pertama kita, aku merasa apa yang kucari-cari selama ini sudah berhasil kutemukan.

Bahkan di saat yang bersamaan, aku bisa merasakan kehangatan cinta dari Allah.

Cinta yang seperti apa ini namanya?

Cinta yang seperti apa ini ketika mencintaimu untuk pertama kalinya diikuti oleh perasaan bahagia yang membuncah bisa merasa begitu dekat dengan Tuhanku.

Bisakah kau jelaskan kepadaku, cinta yang seperti apa ini?

Ketika kusampaikan dengan sangat dalam kepada-Nya, aku terus merasa hidup.

Aku baru merasakan hatiku yang hidup setelah sekian lama mati tanpa diketahui oleh ragaku, tanpa diketahui oleh alam bawah sadarku.

Bahkan perasaan yang begitu tenang dan nyaman sekalipun jasad ini belum diperkenankan bertemu denganmu, Kasihku.

Percayakah kamu, bahwa ketika aku menunggumu begitu lama, tahun demi tahun terlewati, hanya perasaan yakin yang menghinggapi benak ini, sepenuhnya percaya bahwa suatu hari nanti kita akan dipertemukan kembali.

Percayakah kamu, 7 tahun tak menjumpai ragamu, bukan berarti hatiku tak mencari-cari dan merintih untuk memohon agar segera dipertemukan kembali oleh hatimu.

Percayakah kamu 7 tahun lamanya aku menunggumu dengan sangat sabar tanpa kabar darimu tapi aku tidak pernah merasa penantian ini sia-sia, Kasihku.

Karena keyakinan kita kepada Allah akan takdir-takdir baik hanya bisa menjumpai di waktu terbaiknya.

Jadi, cinta yang seperti apa ini, ketika mencintaimu aku merasa begitu dekat dengan Tuhanku.

Seperti seolah-olah sedang dirangkul, diminta untuk lebih bersabar lagi, diberi kehangatan, ketenangan jiwa dan keyakinan penuh bahwa sesungguhnya semua doa-doa kita sedang dalam perjalanan pengabulan.

Tak ada satu pun doa yang Allah akan tolak. Karena seyakin itu hati kita pada kehadiran-Nya di tengah kebersamaan ini.

Kasihku, maukah kau bersabar sedikit lagi dan memohonkan kepada-Nya agar bingkai keimanan ini terus terjaga hingga di hari yang sangat membahagiakan?

Bersabarlah bersamaku.

Rakitlah pena-pena kejujuran yang membuat kita lebih hidup.

 

 

LO.

Posted on December 7, 2020 by Lidya Oktariani. This entry was posted in novel, the undefined, true story. Bookmark the permalink.
Bersimpuh Menghadap-Mu.
The Undefined Eps. 009

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Archives

    • December 2020 (4)
    • November 2020 (11)
    • September 2020 (1)
    • November 2016 (2)
    • October 2016 (1)

    Recent Posts

    • The Undefined Eps. 010
    • The Undefined Eps. 009
    • Replika Kejujuran.
    • Bersimpuh Menghadap-Mu.
    • The Undefined Eps. 008
    • The Undefined Eps. 007
    • The Undefined Eps. 006
    • The Undefined Eps. 005
    • The Undefined Eps. 004
    • Hati-Hati, Bukan Berarti Takut.
    • The Undefined Eps. 003
    • One-way Ticket.
    • The Undefined Eps. 002
    • Titik Nol.
    • The Undefined Eps. 001
    • Pergilah, Datanglah Lain Kali.
    • Cerita #AksiBelaQur’an 411.
    • Aksi Bela Qur’an Besok, 4 November 2016.
    • Al-Maidah 51: Wajib Pilih Pemimpin Muslim?

    Follow Me via Email

    Join 14 other subscribers

Powered by